Covid Menyisakan Nestapa Wisata, Masihkah Ada Asa ?

By Admin


Oleh: Indri Khairiyah (Pendamping KTH Harapan Sukses Batam)

nusakini.com - Posisi yang strategis, menjadikan Kota Batam banyak dikunjungi tidak hanya oleh wisatawan lokal, namun juga turis mancanegara. Adalah Wisata Alam Puncak Beliung yang dikelola oleh Kelompok Tani Harapan Sukses (KTHS) menjadi objek wisata baru di Kota Industri ini. 

Sejak launching pada November 2019 lalu, pengunjung tidak pernah sepi. Puncaknya adalah sebulan setelah launching, pengunjung dari luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Kamboja turut meramaikan ekowisata ini. Diantara pengunjung asing ini, banyak yang menggunakan jasa travel untuk sampai disini, namun ada juga yang tahu berdasarkan informasi dari masyarakat, atau yang melihat dari konten di youtube. Anggota KTHS memang mengandalkan pemasarannya melalui online, diantaranya Facebook, Twitter, Instagram, ataupu youtube. Bahkan ada youtuber sekaligus traveller yang sengaja datang ke ekowisata ini dan menjadikan ini sebagai bahan utama dalam konten youtube nya. 

Ekowisata Puncak Beliung merupakan satu-satunya ekowista di Batam yang menggabungkan antara pariwisata, konservasi, camping ground, outbond, hiking, dan budaya. Berbagai jenis selfie booth yang menampilkan keindahan alam, seperti hutan, laut, waduk, bahkan view Negara Singapura dengan gedung-gedung pencakar langitnya juga terlihat jelas dari atas puncak bukit ini. Puluhan anak tangga yang menuju ke puncak bukit juga menampilkan pemandangan atau selfie booth yang berbeda-beda. 

Ekowisata dengan tema budaya dapat ditemukan pada salah satu gazebo yang menampilkan secara langsung seorang pembatik sedang membatik dengan cantingnya menggambar motiv batik khas Provinsi Kepulauan Riau, yakni batik motif gonggong. Pengunjung juga dipersilahkan jika ingin mencoba membatik. Batik-batik hasil kerajinan ini pun turut di jual sebagai souvenir. 

Sesuai dengan namanya ekowisata Puncak Beliung, wisata ini memiliki kelerengan yang cukup terjal. Pengunjung diberikan alternative untuk memilih jalan yang diinginkan. Biasanya yang berusia 40 tahun ke atas, lebih memilih jalan yang mudah dilalui untuk sampai ke puncak bukit, sebaliknya tempat ini juga menyediakan jalan yang relatif menantang bagi yang berusia 40 tahun kebawah. Bahkan disediakan track untuk hiking bagi yang datang kesini khusus untuk hiking. Seperti yang di lakukan oleh salah satu sekolah swasta di Singapura, SMP Geylang Methodist School yang pada bulan Desember 2019 lalu mempercayakan 30 siswanya untuk tour ke ekowisata ini. Tujuan utama mereka ke sini yaitu untuk berwisata, hiking, sekaligus melakukan konservasi. Seluruh siswa ini menanam pohon di lokasi bekas terbakar saat musim kemarau bulan Februari 2019. Bak menyelam minum air, Untuk sampai ke lokasi penanaman, mereka sekaligus hiking, karena lokasi bekas terbakar yang akan mereka tanami berada di bukit, sebelah puncak beliung. Mereka masuk melalui gerbang utama puncak beliung, kemudian menikmati wisata alamnya, ber selfie, menikmati pemandangan Negara mereka dari puncak Pulau Batam, kemudian masing-masing membawa sekitar 5 buah bibit untuk ditanam. Mereka di pandu oleh beberapa anggota kelompok tani, dengan dibuatkan jalur safety. Wajah lelah mereka tertutupi oleh rasa puas dan bahagia. Di akhir Kunjungan, mereka mengaku bangga sebagai pelaku konservasi, dan senang bisa turut berkonstribusi dalam menjaga alam. Mereka bahkan berencana akan datang kembali bersama keluarga masing-masing.

Untuk wisatawan lokal, harga tiket hanya Rp 10.000,-/org, sementara untuk turis asing 1.5 dolar singapura, atau sekitar Rp 15.000,-/org. Dengan tiket yang relative murah tersebut, wisatawan sudah bias menikmati semua fasilitas di dalam termasuk membatik dan outbond panjat tali. 

Pepatah lama mengatakan hidup bak roda pedati. Ekowisata yang baru berjalan beberapa bulan, harus terdampak karena covid 19. Batam sebagai Kota Industri dan Wisata, terpaksa harus menutup diri. Seluruh wisata di Kota Batam, mati suri. Ekowisata Puncak beliung yang mulai di bangun 2018 silam, terpaksa harus “lock down”. 

Pundi-pundi rupiah dan dolarpun terpaksa berhenti sementara waktu. Anggota KTHS beserta pendamping dipaksa untuk memikirkan solusi lain, agar KTH ini dapat terus berjalan. Akhirnya diputuskan untuk menanam tanaman belimbing super di areal seluas 20 Ha. Areal penanaman ini hanya berjarak beberapa meter dari Ekowisata Puncak Beliung. Dengan harapan, jika virus covid 19 sudah tidak berdampak lagi bagi warga Batam dan sekitarnya, pengunjung dapat menikmati ekosiwata sambil memetik buah belimbing. Tentunya dengan didampingi oleh anggota KTHS. 

Penanaman belimbing super dilakukan bertahap, mengingat terbatasnya biaya dan SDM. 

Penanaman Tahap pertama di lakukan pada Februari 2020, sejumlah 300 bibit. KTHS menggandeng pihak ketiga dalam pengadaan bibit ini. Adalah pak Rizal, Petani belimbing yang sukses bertani belimbing sekaligus memasarkan produknya hingga ke luar negeri. Beliau adalah satu-satunya petani belimbing super di Kota Batam. Beliaulah yang menjadi penasehat dalam proses penanaman, perawatan, sampai dengan pemanenan. Selain itu, beliau juga yang akan membantu dalam pengolahan hasil dan pemasaran. Untuk pasar lokal, buah ini di pasarkan di mal-mal besar, seperti hypermart, dan carrefour seharga Rp 35.000,- per kilogram.

Diperkirakan dalam waktu minimal 3 bulan, tanaman ini sudah mulai menghasilkan buah. Satu biji buah belimbing ini, beratnya bisa mencapai 700 gr. Selain mudah dalam perawatan, keunggulan lain tanaman ini, yaitu jika sudah mulai berbuah, selama 30 tahun ke depan, akan terus menghasilkan buah, tergantung dengan perawatannya. 

Produk turunan dari Belimbing super ini antara lain, syrup, dodol, jus, kripik, dan aneka jenis lainnya.

Selain menanam Belimbing super, saat ini KTHS tengah menjalin kerjasama dengan pihak ketiga untuk penanaman Pohon Aren pada lahan seluas 43 Ha. Produk unggulan dari pohon aren ini adalah gula aren dan kolang kaling. Saat ini penanaman Pohon Aren di kota Batam menjadi primadona, selain tingginya kebutuhan local akan gula aren, juga banyaknya permintaan dari Negara Jiran, seperti Malaysia dan Singapura.

Ternyata Tuhan memberikan langkah nyata bagi hambanya yang berusaha. Covid yang awalnya dianggap bencana bagi KTHS, ternyata menyisakan solusi lain. Anggota KTHS dan pendamping menjadi kian kreatif menemukan alternatif usaha, dan dapat memaksimalkan KUPS yang ada.